Firdaus Daus Fadlil
Pelaku Seni | : | Firdaus Daus Fadlil |
Medium | : | Model |
Tahun Pembuatan | : | 2003 |
Dimensi Karya | : | cm x 60 cm x 60 cm |
Deskripsi | : |
Kelompok Balasyik Jember didirikan di Gresik tahun 1982 dan berkembang di kota Jember, Jawa Timur, populer bahkan sampai di Singapura dan Malaysia, karena berhasil menghapus kesan eksklusif dari aliran musik Gambus. Dari seri Musik Islami. Proses silang dicetak di atas kanvas, 60 x 60 cm. Dicuplik dari atalog Common Ground, 2003: "Kelompok musik gambus Balasyik dari Jember, Jawa Timur, membuat inovasi atas musik jenis ini dengan memasukkan elemen modern seperti gitar bas, keyboard, tamborin, drum, serta mengubah syair-syair lagu mereka dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya, kelompok musik Debu yang anggotanya berasal dari Amerika, Kanada, dan Inggris justru memainkan alat musik tradisional dari berbagai negara --santur (Iran), harpa (Irlandia), yaili tambur (Turki), dan gendak-gendok (Sulawesi Selatan). Kelompok ini menarik perhatian saya tidak saja karena musiknya yang tidak dibatasi pada satu konsep tetapi juga berkat kekuatan liriknya yang sufistik dan, menurut saya, menyentuh hati." |
Pelaku Seni | : | Firdaus Daus Fadlil |
Medium | : | Model |
Tahun Pembuatan | : | 2003 |
Dimensi Karya | : | cm x 60 cm x 60 cm |
Deskripsi | : |
Debu mengusung pesan-pesan universal sebagaimana tercermin dari musisinya yang terdiri dari Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat. Dari seri Musik Islami. Dicuplik dari Katalog Common Ground, 2003: "Kelompok musik gambus Balasyik dari Jember, Jawa Timur, membuat inovasi atas musik jenis ini dengan memasukkan elemen modern seperti gitar bas, keyboard, tamborin, drum, serta mengubah syair-syair lagu mereka dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya, kelompok musik Debu yang anggotanya berasal dari Amerika, Kanada, dan Inggris justru memainkan alat musik tradisional dari berbagai negara --santur (Iran), harpa (Irlandia), yaili tambur (Turki), dan gendak-gendok (Sulawesi Selatan). Kelompok ini menarik perhatian saya tidak saja karena musiknya yang tidak dibatasi pada satu konsep tetapi juga berkat kekuatan liriknya yang sufistik dan, menurut saya, menyentuh hati." |
Pelaku Seni | : | Firdaus Daus Fadlil |
Medium | : | Model |
Tahun Pembuatan | : | 2003 |
Dimensi Karya | : | cm x 60 cm x 60 cm |
Deskripsi | : |
Haddad Alwi, 37 tahun, dan Sulis, 13 tahun, yang dijuluki Dynamic Duo menampilkan musik-musik Shallawat yang penggemarnya berasal dari kalangan anak-anak hingga para santri. Dari seri Musik Islami. Dicuplik dari Katalog Common Ground, 2003: "Rhoma Irama, yang merajai musik dangdut selama selama lebih dari dua dekade, meraup 15 juta penggemar dari kalangan menengah bawah melalui konsep “Nada dan Dakwah”-nya, sementara duet beda usia Haddad Alwi dan Sulis sejak 1990-an begitu populer di antara anak-anak hingga para santri melalui musik-musik “Shallawat”." |
Pelaku Seni | : | Firdaus Daus Fadlil |
Medium | : | Model |
Tahun Pembuatan | : | 2003 |
Dimensi Karya | : | cm x 60 cm x 60 cm |
Deskripsi | : |
Rhoma Irama, 56 tahun, meraup 11 album emas dan 15 juta penggemar dari kalangan menengah bawah melalui lagu-lagu rock-dangdut Melayu yang berisi pesan-pesan moral. Dari seri Musik Islami. Dicuplik dari Katalog Common Ground, 2003: "Rhoma Irama, yang merajai musik dangdut selama selama lebih dari dua dekade, meraup 15 juta penggemar dari kalangan menengah bawah melalui konsep “Nada dan Dakwah”-nya, sementara duet beda usia Haddad Alw dan iSulis sejak 1990-an begitu populer di antara anak-anak hingga para santri melalui musik-musik “Shallawat”." |
Pelaku Seni | : | Firdaus Daus Fadlil |
Medium | : | Model |
Tahun Pembuatan | : | 2003 |
Dimensi Karya | : | cm x 60 cm x 60 cm |
Deskripsi | : |
Snada, kelompok musik beraliran Nasyid, dirintis tahun 1991 oleh para mahasiswa dan aktifis Forum Studi Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia. Dari seri Musik Islami, 2003. Dicuplik dari Katalog Common Ground, 2003: "Lantas ada Snada, sebuah kelompok musik yang awalnya terbentuk dari perkumpulan mahasiswa Muslim di Universitas Indonesia dan menjadi fenomena tersendiri. Dengan penampilan dan gaya mereka yang tampak lebih modern, kelompok akapela ini dengan mudah meraih popularitas masyarakat Muslim Indonesia, terutama dari kelompok ekonomi menengah atas perkotaan." |
Indonesian Visual Art Archive is licensed under a Creative Commons BY-NC Unported License
• Powered by OntelStudio
Indonesian Visual Art Archive |
|
Jalan Ireda Gang Hiperkes MG I-188 A/B, Kampung Dipowinatan, Keparakan, Yogyakarta 55152 | |
+62 274 375 262 | |
webmaster[at]ivaa-online.org |
Indonesian Visual Art Archive is licensed under a Creative Commons BY-NC Unported License
• Powered by OntelStudio